Gedung Gramedia,Palmerah
Tepatnya 24 September 2005 saya melakukan perjalanan menegangkan menuju daerah Baduy luar bersama 30 pemenang Teenlit Goes To Baduy lainnya. Tepat jam 8 pagi kami berkumpul di depan kantor Gramedia Utama Pustaka,Palmerah. Kami (30 pemenang Teenlit Goes To Baduy) ini kompak berbaju orange terang bertuliskan “Teenlit Goes To Baduy” dan pakai sepatu ngejreng hadiah dari sponsor,Airwalk. Setelah pembagian makanan serta mengecek barang bawaan kami digiring ke depan gedung untuk sesi pemotretan (he..he..apa sih). Sebelum menuju bus kecil masing-masing ada kata sambutan dari pihak Gramedia ( Umm.. Apakabar Mas Totot,Mbak Maria,Mbak Dewi dan tim Gramedia lainnya? Sehat-sehatkan semuanya? ). Selanjutnya kami dibagi beberapa kelompok. Nomor kelompok bus dan nomor kelompok rumah untuk menginap dibedakan supaya seluruh peserta bisa berbaur. Untuk nomor bus saya kedapatan kelompok nomor 6 dan nomor rumah 6 juga.
Di bus nomor 6 saya satu bangku dengan Citra yang tomboi abis ‘n kayaknya ngefans brat sama Indra Bekti ( Halooo Citra pa kabar? Foto-fotonya mana????) dan juga si Icha si hitam manis berambut panjang yang heboh cerita tentang buku-buku favoritnya. Dibangku belakang saya kalo nggak salah ada mbak Heni dari majalah Muslimah deh! Berhubung kebanyakan pesertanya cewek ya udah deh kami menghabiskan waktu di bus dengan celotehan-celotehan nyaring khas cewek. ( pas banget nih dengan novel mbak Esti Kinasih “Cewek”yang bikin kita semua bisa ikut ke Baduy. Thanks mbak Esti!). Didalam Bus saya sibuk nanya-nanya tentang Baduy ke Citra ( she’s the traveling girl ). Perjalanan menuju Baduy melewati desa-desa yang dikelilingi persawahan hijau dan sungai-sungainya. Ah,indahnya. Saya jadi ingat akan sungai di Patuk,Gunung Kidul Yogyakarta tempat mbah saya. Tanjakan-tanjakan tajam yang harus dilalui bus sempat bikin kami dag-dig-dug. Pak supir sih cuma senyum-senyum aja.
Dari Ciboleger menuju Baduy Luar
Finally,kami sampai juga di Ciboleger yang menjadi tempat peristirahatan kami sementara sebelum mendaki bukit menuju Baduy Luar. Setelah melepas lelah kami bersiap menyiapkan fisik dan mental untuk menuju Baduy Luar yang katanya bakal memakan waktu 2 jam. Ha??? But show must go on! Maju terus pantang mundur! Matahari yang sudah lumayan terik nggak jadi penghalang. So,jadilah kami selangkah demi selangkah menapaki jalan tanah yang kanan-kirinya banyak jurang.
Tas backpack saya yang lumayan gede bikin pundak saya yang kurus kesakitan. Saya pun terpaksa menyewa satu orang anak yang biasa membawa tas-tas para pendaki. Padahal sebelumnya saya keukeuh banget mau bawa sendiri. Tapi ternyata tanjakan-tanjakan maut mengendorkan tekad saya. Saya melihat wajah-wajah lelah teman-teman saya yang lainnya. Wajah mereka memerah dan penuh keringat. But,salut banget dengan semangat cewek-cewek Teenlit ini! Terutama buat Echa walo dia masih SMP dan badannya paling mungil tapi tetap hayuh aja tuh mendaki sampai tuntas.
Saat kaki udah super berat buat jalan dan mata juga udah berkunang-kunang teriakkan Tim Gramedia menyuruh kami istirahat benar-benar disambut dengan suka cita. Sebotol air mineral langsung saya tegak habis. Perjalanan melelahkan ini dilanjutkan kembali. Saat–saat paling menggembirakan adalah saat melihat pemukiman orang-orang Baduy yang akan kami singgahi. Wah,rasanya seperti melihat berlian dilautan deh. Alhamdullilah akhirnya,kami sampai juga di pemukiman Baduy Luar yang super asli primitif tapi unik.
Menginap di rumah asli orang Baduy Luar
Semua barang bawaan saya yang super lengkap (senter,selimut,mukena,baju,peralatan mandi,snack,P3K,dll) dikeluarkan satu persatu. Begini deh kalo anak kota jalan-jalan kepedalaman semuanya diangkut. Saya mendapat tempat menginap disebuah keluarga yang dihuni oleh Kakek dan Nini yang lumayan uzur. Rumah adat asli Baduy dibuat seperti rumah panggung tapi tidak tinggi. Sore itu udara disana lumayan dingin. Kami disuguhi air hangat dan kalo mau buat kopi kami harus buat sendiri dengan bahan kopi asli dan gula aren. Kopi plus gula aren? Apa rasanya ya? Sayang saya belum sempat mencoba.
Anak Alam
Nah,ini dia hal yang membuat teman-teman baru saya ribet setengah mati yaitu tempat buat mandi dan BAB-nya yang nggak lain adalah di sungai. Untuk menuju sungai terdekat mengharuskan kami keluar dari kampung dulu lalu berjalan menuruni tanjakan yang lumayan ngos-ngosan. Berhubung ini bukan di Jakarta jadi jangan harap menemukan kamar mandi berdinding tembok dan WC duduk tapi yang ada adalah bedeng-bedeng dari bambu yang ditutupin karung goni yang tersebar di dekat aliran sungai yang lumayan deras. Bagi saya yang Mbah-nya tinggal didaerah pedalaman hal ini nggak terlalu bermasalah. Duluuu waktu saya kecil malah paling senang kalo disuruh nyebur ke sungai. Ah,berada dialam terbuka benar-benar membebaskan. Tapi masalahnya ini di Baduy coy. Suasana magisnya masih terasa. Teman-teman saya yang anak-anak kota semua ini rata-rata lebih memilih cuma cuci muka aja. Ih,jorokk! Menyambut Malam Dengan Api Unggun
Malam tiba dan panitia memberi kami satu boks makanan.. kami menyantapnya dengan lahap karena seharian ini tenaga terkuras habis. Nikmat nya makan rame-rame sambil becanda plus ditemani suasana malam yang magis. Setelah kami usai makan Tim Gramedia mengajak kami keluar kampung menuju tempat acara api unggun. Jadi inget jaman-jaman SD dulu waktu kemping di Cibubur. Berjalan dikegelapan dengan modal senter membuat saya harus berjalan super hati-hati menuruni tanjakan curam berbatu. Hii! kanan-kiri jurang gitu. Sepanjang perjalanan saya tidak pernah berhenti membaca doa. Fuiih sampai juga ditempat yang dituju. Disana sudah ada Tim Gramedia lain yang menyiapkan api unggunnya. Acaranya segera dimulai dengan sambutan dari pihak Gramedia dan dilanjutkan dengan acara peluncuran novel “Cewek” mbak Esti Kinasih. Selamat ya mbak Esti! Makin sukses aja deh! Dilanjutkan dengan acara kuis-kuis buat peserta Teenlit juga digelar. Sayang kelompok kami nggak menang tapi kelompoknya Sisi menang dan dapat paket buku dari Gramedia. Asik banget! Api unggun yang menyala lumayan besar membuat pipi saya yang kedinginan mulai menghangat. Gelak tawa antara peserta dan Tim Gramedia terpaksa harus disudahi. Kami semua kembali ke perkampungan Baduy Luar karena disana telah menunggu acara yang super seru lagi.
Kemeriahan Alunan Musik Angklung
Seorang lelaki berbaju warna putih yang tidak lain adalah kepala suku Baduy memberi sambutan. Dengan Bahasa Indonesia yang santun dan berwibawa sang kepala suku menjawab pertanyaan dari kami. Setelah kepala suku Baduy berpamitan karena beliau ada acara di Baduy Dalam sebuah acara digelar untuk menyambut kehadiran kami. Beberapa laki-laki Baduy Luar berbaju adat warna hitam terlihat memegang alat musik angklung. Mereka berbaris membentuk lingkaran dan mereka menari mengikuti alunan irama Angklung. Asal tahu saja salah satu pemain yang ikut tidak lain adalah Kakek yang menetap dirumah yang kami singgahi. Wah hebat si Kakek euy! Nggak mau kalah sama yang muda ya Kek! Saya dan beberapa teman duduk-duduk diatas undakan tanah sambil menikmati alunan irama Angklung yang benar-benar menyihir mata dan telinga kami. Entah mengapa malam itu begitu menenangkan jiwa. Hiks, jadi sedih karena esok kami semua harus kembali ke Jakarta.
Kenangan Terindah
Tas backpack saya bukannya makin kempes malah tambah gendut. Ini gara-gara souvenir yang saya beli dari anak-anak penjual souvenir. Untungnya ada jasa pengangkut tas yang keberadaanya benar-benar membantu. Setelah sesi pemotretan dengan mbak Esti dan Tim Gramedia berlangsung kami disuruh berbaris menurut kelompok dan bersiap untuk turun naik bukit lagi. Kali ini kami melewati jalur berbeda. Saya berharap nggak terlalu berat medannya. Tapi ternyata saya salah. Sama beratnya. Bisa dibilang lebih berat lagi karena banyak acara menanjak-nanjaknya. Wuih,yang udah kurus tambah kurus nih! Tapi kalo mendakinya bareng-bareng si jadi nggak terlalu berat.
Detik-detik kami tiba di Ciboleger datang juga. Allahu Akbar! Senangnya! Nggak nyangka kami semua bisa mendaki sebegitu gigihnya. Salut buat semua teman-teman baru saya, Nancy,Echa,Icha,Sisi,Jessica,Citra,dan yang lainnya . Terima kasih juga buat Tim Gramedia. Terima kasih buat jalan-jalan gratisnya. O iya Mas Totot janji mau ngasih lihat saya foto-foto anak-anak waktu di Baduy mana nih ya? Di upload di blog aja Mas! Perjalanan pertama saya ke Baduy nggak akan terlupakan. Ini salah satu kenangan terindah dalam hidup saya. Duh,jadi kangen. Kapan nih teman-teman Teenlit Goes To Baduy 2005 bisa kumpul?
Kembali Pulang
Dari gedung Gramedia menuju rumah saya naik taksi dengan perut keroncongan. Boks makan siang saya buka dan dengan penuh semangat saya makan di Taksi. Bapak supir baik hati cengar-cengir ngelihat saya makan di taksi dgn lahap. Mungkin si bapak juga kasian ngeliat badan saya yang kurus dengan tampang awut-awutan bawa tas backpack super gede. Persis petualang kesasar. Sampai dirumah saya langsung panggil tukang urut. Badan rasanya rontok-tok. Tapi sudahlah yang penting hepi.
|