Getaway
Tuesday, June 03, 2008
From Jogja With Lotta Love


Terlalu banyak kenangan indah tertinggal disana. Di kota ini tersimpan kenangan atas keluarga besar Jogja yang tak akan terlupakan. Kota Jogja seperti sudah menjadi bagian dari diri saya. Kota pelajar sekaligus kota budaya dan kota seniman ini begitu unik. Seandainya kota Jogja bisa ditempuh dalam 2 jam saja seperti halnya ke kota Bandung bisa dipastikan saya akan mengunjungi tempat kelahiran kedua orangtua saya ini tiap minggu.

Ngampilan Family

Masih melekat dalam memori ini tentang masa kecil bersama keluarga besar di Ngampilan. Rumah tinggal almarhum mbah Ngampilan bercat hijau yang khas tempo doeloe kota Jogja. Disanalah saya dan keluarga dari Jakarta suka mampir dulu sebelum menuju daerah asal orangtua ibu bapak di Patuk,Gunung Kidul yang cukup jauh.

Masih teringat keriuhan rumah itu oleh anak-anak dari almarhum mbah Ngampilan. Usia saya saat itu mungkin masih sekitar 7-10 tahun. Mbak Susi anak tertua dikeluarga itu masih kuliah Bahasa Inggris di IKIP Jogja. Lalu ada mas Jon yang kamarnya terletak dipojok dan kalo melihat kedalam kamarnya “jeng..jeng...berantakan banget!”. Buku-buku dan peralatan elektronik bertebaran (kalo dipikir-pikir mirip kamar kakak saya di Bekasi sini). Anak ketiga,mbak Wiwit yang kalem kuliah di pertanian dan sekarang ini sudah punya empat anak yang lucu-lucu. Lalu ada mas Taufik yang juga kalem banget dan kamarnya tuh rapiiiih banget (hehehe bertolak belakang sama mas Jon). Terakhir,yang paling imut adalah mbak Riris dan kalo gak salah mbakku ini dulu kuliah di Fisika UGM dan sekarang stay di Amerika dengan suami dan anak-anaknya.

Banyak hal yang aku pelajari dari kehidupan mereka,tentang persaudaraan,tentang canda tawa,tentang semangat belajar yang tinggi dan juga ketegaran. Kakak-kakak angkatku ini harus kehilangan kedua orang tua tercinta mereka untuk selama-lamanya disaat usia mereka baru menjelang dewasa. Hiks....

Patuk Family

Bulan Maret lalu pas long weekend ( 20-23 Maret 2008 ) saya dan adik ibu memutuskan untuk silahturahmi ke Patuk,my parents hometown. Bagi saya kedatangan saya ke Patuk kemarin sangatlah spesial karena mengingat sudah hampir sekitar 4 tahun tidak mengunjungi keluarga disana. Apalagi semenjak meninggalnya mbah Don, ayah dari ibu karena sakit paru (2004),gempa Jogja yang membuat shock keluarga besar kami (2006) dan meninggalnya mbah Iman, ayah dari bapak karena sakit diabetes (2006).

Ya,saya telah kehilangan dua kakek yang sangat saya sayangi. Hiks....sedih sekali rasanya tidak bisa berada disamping keduanya saat Allah SWT memanggil dua pejuang tangguh yang saya kagumi...Innalillahi wa inna lillahi rojiun “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali”.

Jadi sekarang ini yang tinggal di rumah Patuk hanya mbak Putri saja (ibu dari ibu saya). By the way, biarpun mbah Putri sudah berumur tapi beliau ini tetap lincah dan gesit. Buktinya bisa dilihat dari kebersihan dan kerapihan tempat tinggalnya. Keren...

Sebenarnya sih saya ingin mbah Putri tinggal di Bekasi saja karena dirumah beliau tinggal sendiri. Tapi beliau menolak dengan alasan ‘kasihan pitik-pitik nanti ndak ada yang ngasih makan’. Yah,apa boleh buat walo sebenarnya saya suka sedih kalo memikirkan beliau sendirian dirumah tanpa ada siapa-siapa hanya ditemani suara radio dan pitik-pitiknya. Ada juga sih saudara yang suka menginap untuk menemani beliau tapi itu juga tidak tiap hari.

Sambiroto Family

Kampung halaman bapak saya tidak begitu jauh dari tempat tinggal ibu saya. Kalo di sini ibaratnya cuma beda RT doank. Asik sih ngirit ongkos hihihi...soalnya tinggal jalan sebentar juga sampai. Tapi saya harus adil membagi waktu untuk menginap di antara keduanya.

Nah,kalau dirumah tinggal bapak saya ini, mbah Putri tidak tinggal sendiri karena masih ada anaknya yang paling bungsu yang stay disana bareng suami dan anak-anaknya. Oya pas bertemu sepupu-sepupu saya yang lucu itu dan ternyata mereka sudah besar-besar loh.

Panen Raya Telah Tiba

Ada yang sangat istimewa dari bulan Maret ini,ya karena ternyata petani-petani di Jogja selama beberapa bulan ini sedang panen raya. Wah, jelas ini moment yang langka bagi saya. Rasanya sudah lama sekali tidak melihat panen raya.

Di Pagi hari saudara-saudara saya yang masih punya sawah segera turun ke sawah untuk memanen padi-padi yang sudah menguning. Mesin penggiling padi terlihat sudah disiapkan dipinggir jalan besar dekat sawah. Dengan senyuman dan tawa petani-petani tangguh ini bekerja dengan ulet sampai siang hari ketika panas matahari sanggup membakar kulit.

Ya Allah,mereka adalah pejuang sesungguhnya. Semoga tiap cucuran keringat yang jatuh dari kerja keras mereka mulai dari mencangkul sampai menyemai bibit hingga tiba saat panen raya menjadi penggugur dosa dan juga menjadi tabungan amal bagi mereka.

Jogja Dulu Dan Sekarang

Tibalah saat saya dan saudara saya akan menuju pusat keramaian kota Jogja,Malioboro. Saat bus yang membawa saya meluncur dari Patuk menuju pusat kota, pemandangan menakjubkan tak habis-habisnya terekam begitu indah. Subhaallah. Maha Suci Allah. Dari kejauhan saya melihat gunung Merapi diselimuti awan putih dan langit biru. Disisi lain genteng-genteng rumah dan bangunan-bangunan padat terlihat sangat kecil dari atas sini. Dan yang paling asik adalah persawahan terlihat sangat indah dan terlukis dengan warna hijau meneduhkan. Ah,perjalanan ini menjadi terlalu menyenangkan.

Laju Bus yang tadi berkelok-kelok mengitari bukit segera memasuki jalan datar dan saya pun segera disajikan keramaian pasar Piyungan dan beberapa bangunan baru disekitarnya. Dan di sisi sebelah kanan tak sengaja tertangkap penglihatan saya sebuah gedung bertuliskan “TV Jogja”. Oh,Rupanya kantor stasiun TV dengan jargon “Tradisi Tiada Henti” terletak didaerah ini.

Selanjutnya Bus masuk pusat kota dan saya menemukan pemandangan tak biasa,ya sebuah Bus modern berwarna hijau bertuliskan “Trans Jogja” melintas. Tapi busway versi Jogja ini tidak menggunakan jalur sendiri tapi masih memakai jalur umum. Saya tidak tahu persis jurusan mana saja yang bisa dituju dengan “Trans Jogja” ini.

Dan tibalah saya di Malioboro, pusat kota yang selalu terlihat sumpek karena penuh pejalan kaki dan turis berseliweran. Disepanjang jalan Malioboro tersebar berbagai tempat yang menjual barang-barang etnik yang unik (tas,sandal,baju,gelang,kalung,de-el-el). Seniman jalanan juga ambil bagian dalam keriuhan orang-orang yang hilir mudik. Deretan lukisan-lukisan menghiasi trotoar. Begitu juga tempat makan dengan pilihan ragam mulai dari gudeg masakan khas Jogja,lumpia Semarang,soto,bakso,resto padang,whuaah semuanya ada disini deh. Belum lagi pas di depan pasar Pasar Beringharjo sudah berjejer ibu-ibu yang menjual ayam goreng,pecel,jajanan pasar dll. Ck..ck..ck..ck semua kebutuhan perut tersedia disini.

Tak jauh dari daerah keramaian ini ada tempat Kesultanan Jogja. Oya sehari sebelumnya tempat ini ramai karena di Jogja ada tradisi Sekaten memperingati Maulid Nabi (umm walo sebenarnya lebih kental nuansa mistiknya).

Kembali Pulang Ke Kota Patriot

Duh,rasanya benar-benar berat kaki ini untuk melangkah pergi meninggalkan Jogja, kota yang pernah menjadi ibu kota negara di tahun 1949 kala serangan Umum 1 Maret terjadi. Tapi saya harus pulang menuju kota patriot, Bekasi untuk bertemu kembali pejuang kehidupan lainnya dan tentu saja untuk kembali berjuang. Allahu Akbar!

posted by fit @ 11:57 PM   0 comments
Bebaskan Pikiranmu! Temukan indahnya sebuah pertemuan! Sapalah siapa saja yang kamu suka dan jangan malu bertanya tentang apa saja yang menyumbat pikiranmu. Have A Nice Day and Enjoy U R Getaway!!
:: About Me ::

Name:Fit 'd Art fit
Home: BeKaSi, Indonesia
About Me: "I'm kinda person who like to see the sunrise,the trees,the blue sky and the rainbow.--What A beautiful gift from Allah The Great that we should be grateful 4 that--"
See my complete profile

:: Menu ::
:: Moslem Space ::
:: News Space ::
:: Design & Copywriting ::
:: Writing Space ::
:: Creative Folks on Space ::
:: Add Some Space ::
:: Search Space ::
:: Previous Post ::
:: Archives ::
Powered by

Free Blogger Templates

BLOGGER